Bayi yang lahir ke dunia, mempunyai sebuah pesan yang mendalam. Kita harus menjaganya sebaik mungkin. Salah satunya dengan memberikan ASI rutin pada bayi yang baru lahir. Banyak mitos ibu menyusui dan fakta lainnya yang beredar, bisa membuat ibu berhenti memberikan ASI.
Memang, tidak semua ibu sehabis melahirkan langsung ada ASI yang siap minum untuk anaknya, ada pengganti ASI berupa susu formula untuk dikonsumsi sementara.
Kegiatan menyusui mempunyai tantangan tersendiri bagi setiap ibu yang baru melahirkan. Banyak para ibu mengalami banyak kendala saat memberikan air susu ibu (ASI) pada bayinya. Bahkan, pemerintah sendiri sudah mewajibkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif terdapat dalam aturan khusus. Aturan ini ada dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI eksklusif, yang ditetapkan pada 1 Maret 2012.
Dalam melakukan ASI eksklusif ini pastinya banyak kendala yang dihadapi dan ditakutkan berubah menjadi ketakutan dan kekhawatiran bagi ibu. Di masyarakat begitu banyak mitos dan fakta tentang menyusui yang beredar, dan bisa membuat ibu berhenti memberikan ASI Eksklusif.
Agar kita para wanita khususnya ibu yang sedang menyusui tidak takut dan lebih paham lagi, kenali mitos dan fakta tentang menyusui berikut ini.
1. Mitos bersihkan puting susu dengan air sebelum menyusui
Menyusui berbeda dengan memberi susu lewat botol, karena menyusui ternyata membantu melindungi si Kecil dari infeksi. Membersihkan puting dengan air bisa menghilangkan zat penting dari kelenjar montgomery (kelenjar lemak di sekitar payudara). Kelenjar ini membantu melindungi puting.
2. Mitos jangan menyusui ketika puting sedang luka
Ketika puting sedang terluka tidak seharusnya berhenti memberikan ASI eksklusif. Nantinya pada Ibu menyusui bisa mengidap rusty pipe syndrome yang menyebabkan darah masuk ke ASI. Kondisi puting terluka yang masih tergolong ringan tidak terpengaruh pada ASI dan tidak membahayakan pada bayi yang sedang menyusui. Yang menjadi berbahaya adalah ketika lukanya terlalu parah dan tidak segera diobati ke dokter.
3. Mitos tidak boleh menyusui jika ibunya seorang perokok
Menurut ahli dan pakar menyusui, Dr.Jack Newman, seorang ibu yang merupakan perokok tetap bisa menyusui.Hasil penelitian menyatakan, ASI menurunkan risiko efek samping negatif yang ditimbulkan oleh asap rokok, seperti penyakit paru-paru bayi. Nah, alangkah lebih baik ibu menyusui bayinya langsung daripada memberi susu formula
4. Mitos Tidak boleh menyusui setelah ibu diberi vaksin
Vaksin memberikan banyak manfaat untuk bayi. Jadi tidak ada alasan untuk berhenti menyusui.
5. Mitos zat besi dalam ASI tidak pernah kurang
Dalam ASI terkandung zat besi yang sesuai takarannya untuk bayi. Bayi yang diberi ASI eksklusif menerima cukup zat besi untuk bertahan selama 6 bulan pertama kehidupan.
6. Mitos Ibu yang baru melahirkan tidak menghasilkan ASI
Memang benar seorang ibu yang baru melahirkan, sebagian besar belum bisa menghasilkan ASI selama tiga sampai lima hari setelah melahirkan. Mereka hanya menghasilkan cairan kental yang disebut kolostrum yang dibutuhkan bayi baru lahir.
7. Mitos Menyusui bisa menurunkan berat badan
Memang faktanya seorang Ibu yang menyusui dapat membakar sekitar 300 hingga 500 kalori sehari dibandingkan ibu yang tidak menyusui. Hasil penelitian menunjukkan, seorang ibu dapat langsing dengan cepat bila menyusui anaknya.
8. Mitos menyusui bisa buat payudara kendor
Salah satu hasil penelitian di Studi American Society for Plastic Surgeons tahun 2011 menemukan, salah satu alasan ibu menyusui melakukan implan payudara agar tidak mengubah bentuk payudaranya.
Payudara kendor bisa disebabkan perubahan hormon saat hamil salah satunya pertambahan berat badan yang membuat payudara ikut kendor.
9. Mitos penting untuk sering minum air putih
Kurang mengonsumsi air minum yang cukup memegaruhi banyaknya ASI yang dihasilkan. Itulah pentingnya ibu menyusui tetap terhidrasi. Tetapi, jangan berlebihan hingga menyebabkan overhidrasi.
10. Mitos Ibu tidak boleh menyusui saat sakit
Hal ini bergantung pada jenis penyakit apakah tergolong penyakit yang parah atau yang ringan. Sebelum menyusui, pastikan tubuh yang baru sembuh mendapat perawatan yang tepat dan beristirahat. Pada banyak contoh, antibodi di tubuh ibu bisa membantu mengobati sakit dan bisa disalurkan ke bayi saat menyusui.